Sunday, November 17, 2013

Mari Lari

Banyak tulisan tentang perjalanan, tapi jarang yang menulis tentang pelarian. Perjalanan sangat identik dengan hal-hal heroik dan menggugah hati, sedangkan pelarian teramat identik dengan hal-hal yang teramat menyakitkan bagi sang pelakon, kadang juga bagi sang pembaca. Misalnya, lari dari kenyataan. Kamu yang mana?

Tapi, aku tidak akan membahas paragraf pertama, karena aku bukan ahli dalam keduanya. Aku pun sesungguhnya bukan ahli lari layaknya Usain Bolt si manusia tercepat asal Jamaika itu. Tapi, aku coba menguraikan dari sisiku sendiri, selamat menikmati.

Lari, aku (mungkin) hanya ingat tiga hal ketika membaca kata "lari". Yang pertama adalah "Children of Heaven", film yang bercerita tentang keluarga Iran yang memiliki satu orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Kedua anak ini harus terus berlari saat masuk sekolah dan pulang sekolah. Ya, keluarga ini hanya memiliki satu pasang sepatu buat kedua anaknya, dan mereka harus bergantian memakai sepatu saat ke sekolah. Si perempuan harus berlari saat pulang dari sekolah ke rumah ketika si laki harus masuk sekolah dari rumah, begitu pun sebaliknya. Tidak ayal, kadang mereka harus dihukum karena sering terlambat sekolah.

Di akhir cerita, si laki yang abangan mengikuti kejuaraan lari. Kerennya, doi juara satu dan berhak mendapatkan piala. Lari setiap hari ternyata menempa kemampuan doi dalam berlari, sob!! Walau doi menyesal menjadi juara, harusnya dirinya menjadi juara kedua jika ingin mendapatkan hadiah sepatu.

Usain Bolt adalah yang kedua, kejuaraan lari nyaris sudah pasti menjadi miliknya jika ia mengikuti kejuaraan tersebut. Entah sudah berapa banyak rekor dunia yang dia pecahkan atas namanya sendiri. Katanya, kecepatan lari Usain Bolt sama seperti Cheetah, katanya. Ah, sudahlah, jangan membahas dia, capek saja 'mengejarnya'.
Near Labuan Lombok
Yang ketiga, aku sudah ngantuk berat saat masuk dalam paragraf ini, benar-benar ngantuk, tapi aku coba mengurai sedikit lagi. Ngantuk,,, eh, lari maksudnya, adalah fase paling cepat dalam langkah. Dalam melangkah, kita butuh sesekali berlari untuk menguji kekuatan langkah kita, kadang bisa menghilangkan bosan saat langkah kecepatannya segitu-gitu saja.

Aku melakukannya (lari), saat dalam perjalanan. Entah mengejar bus, mengejar ferry (gila kali ferry dikejar), bahkan hanya sekedar mengejar bangku kosong di transportasi-transportasi umum. Lari itu pengorbanan, pengorbanan paling parah untuk menggapai garis akhir.

Jangan percaya seluruhnya, sebelum kamu membuktikannya dengan berlari.

Ah, sudahlah ngocehnya. Mari lari!

No comments:

Post a Comment