Tuesday, November 6, 2012

Panggilan Dari Dewa

Pertama kali mendaki gunung, aku ingin sekali berdamai dengan Mahameru.

Memulai pendakian melalui desa Ranu Pani, memasuki jalur Ayak-Ayak, jalur yang diyakini terbaik saat ini untuk mencapai Semeru, karena hanya memakan waktu 2-3 jam saja untuk mencapai Ranu Kumbolo. Jalur menanjak dan menyaksikan kegagahan Semeru dari kejauhan kemudian menurun memasuki padang rumput luas sebelum benar-benar tiba di Ranu Kumbolo, bermalam dengan tenda di pinggir "ranu" sambil merasakan tulang tertusuk dingin kabut Ranu Kumbolo.

Menjelang siang aku telah menanjak di tanjakan yang disebut sebagai tanjakan cinta, tapi aku banyak tidak setuju dengan nama itu, lalu menurun memasuki jalan setapak di antara tumbuhan-tumbuhan pegunungan, kemudian beristirahat beberapa saat di Cemoro Kandang, lalu menanjak berusaha sampai di Kalimati kaki gunung Semeru. Kalimati diyakini sebagai sumber kehidupan di Semeru, sumber air jernih dan segar berada di dekat sana, lalu beristirahat menunggu bertarung dengan puncak Semeru yang dikenal dengan Mahameru.


Ototku tertarik sakit sebelum benar-benar sampai dini hari itu di Orcopodo, sesekali "me-ruku" melakukan ritual menghilangkan rasa sakit, sampai aku benar-benar bilang menyerah di Cemoro Tunggal, karena setiap melangkah lutut dan paha kanan merasakan sakit yang hebat sampai aku harus terjatuh agar rasa sakit menghilang, tenagaku banyak termakan oleh rasa sakit ini.

Motivasi terbesarku adalah kamera digital, GoPro dan handycam yang aku bawa di tas kecil yang melintang di dadaku, terlalu sayang jika tidak sampai di puncak, aku terus teriak mengecam kakiku dalam hati, kawan-kawan hanya bisa melihatku dari jauh di depan tanpa bisa mendengar apa yang aku teriakkan. Salah satu pendaki wanita yang aku minta pendapatnya bilang "saya orang yang pertama mas, buat ngelarang mas turun lagi ke bawah", aku mencoba terus memacu kaki ke puncak, aku pasrah jika tak tiba di puncak, sampai seorang pendaki pria turun memberikan kayu sebagai tongkat penahan kakiku, mungkin dia kasihan kepadaku.

Mahameru memanggilku dengan keras, tubuhku pun mengeluarkan kesaktiannya, seperti Dewa.

*dalam perjalananku di akhir Oktober 2012