Monday, October 6, 2014

Puncak keduaku, Rinjani! (lanjutan)

Siang ini sangat melelahkan dan lapar.
Setelah baru tiba di Pelawangan Sembalun dari puncak Rinjani (3 jam), aku langsung membaringkan badan di tanah, dekat tenda. Ketua porter langsung memberi aku roti dan lain-lain (lupa aja aja). Perut memang sudah tidak bisa kompromi.

Bersantai di atas tanah, merasakan sentuhan angin dan suara indah benturan dedaunan, sambil mengingat kejadian beberapa saat lalu saat pendakian ke puncak benar-benar suasana sempurna. Sambil menunggu makan siang masak, aku terus bertanya-tanya “bagaimana bisa tadi sampai ke puncak!!??”.

Setelah makan siang selesai, kami semua bergegas packing untuk melanjutkan perjalanan ke Danau Segara Anak, salah satu primadona Gunung Rinjani, yang juga danau yang paling sering dibicarakan para pendaki. Seperti biasa, mayoritas abang-abang porter jalan duluan meninggalkan rombongan, demi mempersiapkan segalanya yang dibutuhkan saat camp di sekitar Danau Segara Anak nanti.

Makan siang, persiapan meninggalkan Pelawangan Sembalun.
Dimulai dengan fase menurun curam dengan bebatuan selama 3 jam (sepertinya). Fase ini benar-benar menguras fisik. Dengkul dan engkel jadi sasarannya! Harus jeli memilih tempat kaki menapak! Benar-benar harus sering berhenti untuk “mengademkan” suasana dengkul dan engkel, aku benar-benar takut “gagal dengkul” atau “gagal engkel”. iyuuuuhhh...

Setelah itu, kami masuk ke fase santai, dengan sedikit tanjakan dan turunan, tidak jarang kami menemukan track landai dengan lansekap maha indah dari Rinjani. Sambil berjalan santai, aku abadikan gambar dan video, tidak mengapa walau banyak menghabiskan waktu, karena ini harus dilakukan.

Ini bonus banget setelah sebelumnya turunan curam.
Lansekap menuju Segara Anak.
Savana lagi!! Bahagianya!!
Beruntung kami tiba di camp Segara Anak sebelum hari gelap. Menikmati suasana camp spot dengan hiruk pikuk pendaki yang ramai sambil meminum teh panas karya para tim porter, Rinjani terasa makin indah saja. Malam ini, kami bermalam di salah satu camp paling indah di Indonesia.

Tidak banyak yang kami lakukan di Segara Anak, selain mandi di hot spring di pagi hari untuk membuat badan lebih rileks dan bersih tentunya. Jam 9 pagi, kami langsung meluncur menuju Pelawangan Senaru. Jalur Senaru dipilih menjadi jalur keluar dari Rinjani, agar dapat suasana lain dari Rinjani.

Berjemur pagi di camp Segara Anak.
Abang-abang porter menyiapkan sarapan pagi.

Lake seflie/wefie is a must, right!!

Jalur dari Segara Anak menuju Pelawangan Senaru nyaris tiada ampun, tanjakan curam dengan berkali-kali merayap ke atas, jurang curam di sisi kiri terus menguji fisik, mental dan tenaga. Setelah beberapa jam berjalan. DUAAARRR!!!!! Akhirnya aku “gagal dengkul”, kejadian yang terus aku takutkan selama pendakian berlangsung, akhirnya "kejadian" dalam pendakian kali ini. Gagal dengkul itu sakit banget, bro!!! Huaaaaaah!

Menahan rasa sakit sendirian karena jarak kawan di depan dan di belakang sangat jauh. Aku sesekali teriak, walau aku lebih memilih terus melangkah agar sampai ke Pelawangan Senaru. Tiba di Senaru tengah siang, aku tepat berada di belakang Bang Eddy (sang guide) dan Suzanne (partnerku dari Belanda). 1 jam lamanya kami beristirahat di Pelawangan Senaru, lalu melanjutkan perjalanan kembali dengan penuh “counterpain” di dengkul kiri.

Sudah ada 2 buah “counterpain” di celanaku hasil pemberian pendaki yang melihatku terpapah saat berjalan. Belum lagi, knee pad yang diberikan salah seorang pendaki asal Jakarta yang berpapasan denganku. Anak gunung emang top banget!!

Pemandangan dari Pelawangan Senaru.
Entah berapa kali aku terjatuh karena aku sesekali memilih berjalan ke belakang agar dengkul nggak sakit-sakit amat. Aku sudah tidak tertarik dengan pemandangan sekitar, aku terus melangkah pelan menuju pos 2 Senaru untuk late lunch dan beristirahat sejenak.

Setelah makan siang di pos 2, kami terus melanjutkan perjalanan menuju Pintu Hutan. Kami sepakat untuk bermalam di Pintu Hutan Senaru, agar esok pagi lebih cepat keluar dari gunung Rinjani. Namun, bayanganku tidak benar seutuhnya. Pintu Hutan itu jauh sekali, terlebih dengkulku yang sedang bermasalah saat itu. Aku tiba di Pintu Hutan jam 10 atau 11 malam, 3 jam lebih telat daripada rombongan. Kecuali si Willy (teman satu rombongan) dan Bang Eddy yang terus mengawalku sampai akhir.

Full team abis!!!
Tidak ada dokumentasi saat perjalanan malam, semuanya berjalan susah sekali. Sekali lagi, Rinjani memang incredible.

Ingin menyaksikan yang lebih kerennya? Langsung aja ini videonya!

No comments:

Post a Comment