Salah satu strategi irit ketika traveling, adalah memilih
perjalanan mulai tengah malam jika perjalanan tersebut memakan waktu selama
lebih dari empat jam waktu perjalanan, dengan maksud agar sampai di tempat
tujuan di subuh atau pagi hari. Beberapa moda transportasi yang sering memakan
waktu selama itu adalah bus yang dibaca “bas” jika berada di Malaysia.
Ini hari terakhir aku di Penang (checkout dari guesthouse jam
12 siang), ketika reservasi tiket “bas” malam untuk menuju Kuala Lumpur (35
Ringgit), dengan memilih jam pemberangkatan terakhir pada pukul 12.00 malam, maksudku adalah aku akan tiba di Kuala
Lumpur jam empat atau jam lima pagi. Jam
11 malam aku dijemput untuk menuju komtar
(sejenis terminal), hanya aku dan dua orang kawan saja di dalam sedan jemputan
itu. Sesampainya di komtar, aku langsung menukar bukti pembayaran dengan tiket
“bas” dan langsung masuk ke “bas”.
“Bas” macam ini sangat jarang ada di Indonesia, dengan
formasi seat 1-2 dan jarak antar kursi yang sangat luas, aku dan dua orang
teman mendapat seat di atas roda
belakang “bas”. Rata-rata penumpang
adalah warga lokal Malaysia, dan hanya sepasang “bule” yang terlihat di seat paling depan. Jam 12 malam pun
tiba, segera “bas” memulai perjalanannya menuju Kuala Lumpur.
Kreeeek... sandaran kursi aku miringkan untuk posisi tidur
yang nyaman, dan hanya menunggu beberapa menit setelah keluar dari pulau
Penang, aku pun langsung terlelap. “Bas” yang sangat nyaman dan jalan tol yang
sangat panjang, adalah alasan untuk tidur lelap.
Hanya beberapa kali terbangun dari tidur dan sesekali
melihat ke luar jendela, di papan penunjuk, Kuala Lumpur masih puluhan kilo
lagi, dan para penumpang “bas” tersebut nyaris seluruhnya tertidur lelap. Tanpa ragu aku pun melanjutkan
tidur yang terputus tadi.
Aku terbangun kembali nyaris pukul 5 pagi, reflekku langsung
melihat ke luar jendela melihat keterangan seberapa jauh lagi Kuala Lumpur. Aku
pun tidak menemukan Kuala Lumpur di papan penunjuk yang berada di pinggir tol. Langsung terbesit di otak, Kuala Lumpur sudah “kelewatan”. Tanpa
pikir panjang aku mengambil
inisiatif bertanya kepada supir di depan. “Kuala Lumpur berapa lama lagi sir?,”
supir : “Kuala Lumpur sudah lewat, kita sekarang menuju Jebi !!,” aku: “Jebi
???,” supir: “ ya.. Jebi !! Johor Baru !!.” Seketika badan terasa lemas ketika aku
tahu jarak dari Jebi ke Kuala Lumpur 3-4 jam perjalanan, itu sangat jauh sekali
!!!. Dan sang supir memberikan solusi setibanya di Johor Baru, aku langsung
menuju Kuala Lumpur menggunakan “bas” lainnya.
Tidurku sungguh sudah “kelewatan”, dan yang lebih
“kelewatan” ternyata salah seorang kawan sudah terbangun ketika “bas”
tiba di Kuala Lumpur, akibat rasa kantuk yang teramat sangat akhirnya dia tidak
“engeh” jika sudah tiba di tempat tujuan. “Kelewatan” yang menghasilkan
kekecewaan, terlebih aku harus mengeluarkan kocek lagi sebesar 25 ringgit (itupun
setelah nego) untuk menuju Kuala Lumpur. Di saat harus mengirit untuk penginapan, alhasil
tidak beda dengan menambah satu malam lagi di penginapan yang sebenarnya.
Rasa lelah karena menjalani walking tour di hari terakhirku di Penang, ditambah keadaan “bas”
yang sangat nyaman, membuat penginapan itu benar-benar bernama “Bas”.. hahaha. Sebagai
pelajaran bagi yang lain, ketika melakukan perjalanan jauh dengan “bas” untuk
mempertimbangkan duduk di depan agar teriakan supir ketika menyebutkan “KUALA
LUMPUR !!” langsung terdengar oleh telinga.
*Dalam perjalananku di bulan Oktober 2011
*Dalam perjalananku di bulan Oktober 2011
No comments:
Post a Comment